Selasa, 28 Maret 2017

RESUME 2

Pendekatan Behavioral dan Kognitif Sosial

Apa yang Disebut Belajar dan yang Bukan.
            Pembelajaran (learning) dapat didefenisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku ,pengetahuan dan keterampilan berfikir yang diperoleh melalui pengalaman.tidak semua yang kita tahu itu diperoleh dari belajar, kita mewarisi beberapa kemampuan kemampuan itu ada sejak lahir,tidak dipelajari. Misalnya,kita tidak harus diajari untuk menelan makanan, berteriak, atau berkedip saat silau. Tetapi, kebanyakan perilaku manusia tidak diwariskan begitu saja. Cakupan pembelajaran itu luas (domjan, 2000,2002) pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non akademik . pembelajaran berlangsung di sekolah dan dimana saja diseputar dunia anak.

Pendekatan Untuk Pembelajaran
Telah ada pandangan tentang pendekatan untuk pembelajaran diantaranya pendekatang kognitif dan behavioral.

Behavioral. Adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung. Proses mental didefenisikan oleh psikolog sebagai fikiran, perasaan , dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain.menurut behavioris , pemikiran perasaan , dan motif ini bukan subjek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semuanya itu tidak bisa diobservasi secara langsung.pengkondisian klasik dan operan yang merupakan dua pandangan behavioral.kedua pandangan ini menekankan pembelajaran asosiatif (associative learning) yang terdiri dari pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait(associated).

PENDEKATAN BEHAVIOR UNTUK PEMBELAJARAN
Pendekatan behavior menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan prilaku.

Pengkondisian Klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus.dalam pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Untuk memahami teori pengkonisian klasik pavlov (1927) kita harus memahami dua tipe stimuli dan 2 tipe respons

·         Unconditioned stimulus (US)
·         Unconditioned respons (UR)
·         Conditioned stimulus (CS)
·         Conditioned response (CR)

Unconditioned stimulus 9US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu.dalam eksperimen pavlovmakanan adalah (US). Unconditioned respons (UR) adalah respons yang tidak dipelajari yang otomatis dihasilkan oleh US. Dalam eksperimen pavlov air liur anjing yang merespon makanan adalah UR. Conditioned stimulus (CS) adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan dengan US.

Pengkondisian operan (juga dinamakan pengkondisian instrumental) adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan di ulangi. Arsitek utama dari pengkondisian operan adalah B.F. Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L Thondike.

Pengkondisian operan skinner. Pengkondisian operan, dimana konsekuensi prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme skinner (1938). Konsekuensi imbalan atau hukuman bersifat sementara (kontingen).
Penguatan dan hukuman: penguatan (imbalan) (reinforcement) adalah konsekueni yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu prilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu prilaku.
Generalisasi, diskriminasi, dan pelenyapan. Dalam nahasan pengkondisan klasik, kita telah mendiskusikan generalisasi, diskriminasi, dn pelenyapan. Proses ini juga merupakan dimensi penting dari pengkondisian operan.ingat bahwa dalam pengkondisian klasih, generalisasi adalah tendensi dari suatu stimulus yang sama dengan conditioned stimulus untuk menghasilkan respons yang sama terhadap conditioned response. Generalisasi dalam pengkondisian operan berarti memberikan respons yang sama terhadap stimulus yang sama.

ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN
Apa itu Analisis Perilaku Terapan?
Analisis pelaku terapan adalah penerapan prinsip pebfkondisian operan untuk mengubah prilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting ddalam bidang pendidikan : meningkatkan perilaku yang diinginkan, menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shaping), dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.

Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan:
§  Memilih penguat yang efektif
§  Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu.
§  Memilih jadwal penguatan yang baik.
§  Menggunakan perjanjian
§  Menggunakan penguatan negatif secara efektif
§  Menggunakan prompt dan shaping

Mengurnagi Perilaku Yang Tidak Diharapkan
Jika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan, mereka harus menggunakan langkah langkah berikut :
§  Menggunakan penguatan diferensial.
§  Menghentikan penguatan (pelenyapan)
§  Menghilangkan stimuli yang diharapkan
§  Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman).


RESUME 3

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN RUANG LINGKUPNYA




SELAYANG PANDANG PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. psikologi pendidikan adalah bidang yang sangat luas cakupannya.


Latar Belakang Historis.
Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi sebelum awal abad ke-20. Ada 3 perintis terkemuka yang muncul di awal sejarah psikologi pendidikan .


William James. tak lama setelah meluncurkan buku ajar psikologinya yang pertama. Pcinciple of psychology (1890). William james (1842-1910) memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “talk to teacher”. Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar dikelas guna meningkatkan mutu pendidkan.

John Dewey, tokoh kedua yang berperan besar dalam psikologi pendidikan adalah john dewey(1859-1952). dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologi di tingkat praktis, dewey membangun laboratorium psikologi pendidikan pertama kali di AS di Universitas chicago pada tahun 1894.kita banyak mendapatkan ide penting dari dewey. Pertama, dari dewey kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif (active lerner). Kedua, dari dewey kita mendapat ide bahwa pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak anak seharusnya tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus diajari cara untuk berfikir dan beradaptasi dengan dunia diluar sekolah.

E.L.Thondike, perintis ketiga adalah E.L.Thondike (1874-1949) yang memberi banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran serta perbaikan dasardasar belajar secara ilmiah . Thondik berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalahmenanamkan keahlian penalaran anak. Thondik sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah.

CARA MENGAJAR YANG EFEKTIF.
Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan karna murid muid itu bervariasi maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Hal ini membutuhkan dua hal utama yaitu (!) pengetahuan dan keahlian profesional dan (2) komitmen dan motivasi.

Pengetahuan Dan Keahlian Profesional.
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kelas.mereka tau bagaimana memotivasi, berkomunikasi secara efektif dengan murid murid dari beragam latar belakang kultural.
·         Penguasaan materi pelajaran
·         Strategi pengajaran
·         Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan intruksional
·         Keahlian manajemen kelas
·         Keahlian motivasional
·         Keahlian kominikasi
·         Belajar secara efektif dengan murid dari latar belakang kultural yang berlainan.
·         Keahlian tekhnologi.

Komitmen Dan Motivasi
Menjadi guru yang efektif juga memerlukan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid.
Guru pemula sering kali melaporkan bahwa dibutuhkan investasi waktu dan usaha yang besar untuk menjadi guru yang efektif. komitmen dan motivasi dapat membantu guru yang efektif untuk melewati masa masa yang sulit dan melelahkan dalam mengajar. Guru yang efektif juga mempunyai kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.

RISET DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Pendekatan riset ilmiah
Riset ilmiah adalah riset objektif.,sistematis, dan dapat diuji. Riset ilmiah mereduksi kemungkinan bahwa informasi didasarkan pada keyakinan, opini, dan perasaan personal. Riset ilmiah dilandaskan pada metode ilmiah, sebuah pendekatan yang dapat dipakai untuk menemukan informasi yang akurat.pendekatan ini terdiri dari beberapa langkah: merumuskan masalah, mengumpulkan data. Menarik kesimpulan, serta merevisi kesimpulan dan teori riset.

Perumusan masalah adalah mengidentifikasi masalah,menyusun teori, dan mengembangkan satu atau lebih hipotesis.setelah periset merumuskan masalah, mereka biasanya menyusun teori dan hipotesis. Teori adalah seperangkat ide yang saling berkaitan yng berfungsin untuk menjelaskan dan membuat prediksi. Dengan teori biasanya seorang peneliti dapat merumuskan hipotesis, yakni asumsi dan prediksi spesifik yang dapat diuji untuk mengetahui apakah teori itu benar atau tidak.langkah berikutnya adalah mengumpulkan informasi(data). Setelah data terkumpul ahli psikologi pendidikan menggunakan prosedur statistik untuk memahami arti dari data kuantitatif tersebut.

Sabtu, 18 Maret 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Implikasi tahap perkembangan
terhadap pendidikan

A.     Playgroup / TK
Masa kanak-kanak awal ( Prasekolah )
-          2-6 tahun
-          Anak banyak bereksplorasi
-          Melakukan tindakan meniru
-          Egosentris
-          Perkembangan kognitif berada pada tahap praoperasional

Pada tahap ini, anak belajar menggunakan panca indera dan benda-benda kongkrit. Pada tahap ini, pembelajaran lebih menekankan proses dari pada hasil. Anak juga lebih tertarik melakukan pembelajaran dengan cara mengamati langsung dan sesuai minat mereka.
     Guru berperan penting dalam mengatur strategi proses pendidikan anak. Diantaranya, memberikan pengalaman pembelajaran yang nyata dan sebagai fasilitator pengalaman yang bervariasi dan bahan yang berbeda-beda sehingga anak dapat melakukan permainan yang beragam.
Metode yang dapat digunakan untuk perkembangan kognitif anak Playgroup/TK adalah :
1.      Bermain
Dalam hal ini, pembelajaran dapat dilakukan berbarengan dengan bermain dan dilakukan di tempat terbuka. Kegiatan ini membantu anak lebih bereksplorasi dan melatih gerakan otot besar maupun halus, seperti melompat, memanjat, dan menendang. Kegiatan ini juga membantu mengembangkan kemampuan kognitif, sosial maupun emosional anak.

2.      Pemberian Tugas
Metode ini digunakan agar anak terbiasa berlatih untuk mengasah kemampuan kognitif nya dan bertanggung jawab.

3.      Kegiatan Wisata
Metode ini dapat dilakukan dengan membawa anak melihat keankaragaman jenis pekerja, museum, peralatan kerja, dll. Hasil dari metode ini, membangun pengalaman anak tentang aspek-aspek yang terdapat di sekitar kehidupannya.

4.      Bernyanyi
Metode ini dapat dilakukan dengan memilih lagu yang isinya memiliki pesan moral untuk pembelajaran anak.

B.     Sekolah Dasar ( SD )
Pada tahap perkembangan SD (Sekolah Dasar) merupakan masa kanak-kanak tengah (middle childhood) dan masa kanak-kanak akhir (late childhood) yang dimulai dari usia 6 ‒ 11/12 tahun. Pada tahap ini pengaruh teman sebaya mulai dominan serta berada pada tahap perkembangan operasional konkrit dimana anak mampu berpikir logis tentang objek dan kejadian, menguasai konversi jumlah dan berat, serta mampu mengklasifikasikan objek. Perkembangan moral pada tahap ini berada pada tingkat konvensional tahap 3 dan tahap 4. Pada tahap 3 ditandai dengan orientasi good boy/girl,yaitu anak menggunakan rasa percaya, perhatian, dan loyalitas kepada orang lain sebagai basis penilaian moral. Lalu pada tahap 4 perkembangaan moral anak berorientasi pada otoritas, yaitu didasarkan oleh pemahaman dan aturan sosial. Masa ini juga merupakan tahap industry vs inferiority menurut teori Erikson, dimana inisiatif anak membuat mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru.
Implikasi dari tahapan-tahapan ini, membentuk semangat yang tinggi diikuti rasa ingin tahu yang tinggi pada diri anak. Untuk itu pengajar harus mampu memotivasi anak  agar berusaha menyadari bahwa mereka bisa belajar menyelesaikan sesuatu sendiri. Pengajar dapat memulainya dengan mengajak anak untuk mengamati lingkungan mereka, lalu ajukan pertanyaan apa saja yang mereka temukan dan mengapa hal itu bisa terjadi. Ajaklah anak untuk bekerja berkelompok dan saling bertukar pikiran. Biarkan mereka mencari jawaban sendiri dengan pemikiran sendiri. Setelah itu bantulah mereka untuk mengecek kebenaran dan akurasi jawaban mereka.
Ketika akan mengajar sesuatu yang agak kompleks gunakan alat bantu visual dan alat-alat peraga. Serta libatkan anak dalam tugas-tugas operasional. Seperti saat mengajarkan materi berhitung, gunakan benda-benda konkret untuk tugas ini. Pengajar dapat menggunakan bunga-bunga yang ada di sekolah. Ajak mereka menghitung berapa jumlah suatu bunga dengan warna tertentu, lalu suruh mereka mengurutkan bunga-bunga itu dari jumlah terbesar menuju jumlah terkecil dan sebaliknya.
Untuk usia anak yang lebih tinggi, pengajar harus mampu mendorong anak untuk mengutak-atik dan bereksperimen dalam pelajaran sains, membuat dan membacakan suatu karya dalam pelajaran sastra, ajak mereka berdiskusi tentang cara pandang mereka, serta lakukan perjalanan untuk elajaran ilmu social.

C.     Sekolah Menengah Pertama ( SMP )
Anakusia SMP dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal yaitu berusia 11-14 tahun.Anak usia remaja awal seperti SMP  mengalami perkembangan kognitif formal oprasional  yang membuatnya mampu berpikir abstrak dengan menggunakan symbol-simbol atau mengoprasikan kaidah logika formal yang tidak terikat dengan objek yang bersifat konkret, seperti kemampuan analisis, mengembangkan sesuatu kemungkinan berdasarkan beberapa kemungkinan yang ada dan kemampuan menarik generalisasi dan interferensi dari berbagai kategoriobjek yang beragam, kapabilitas memori dalam bahasanya juga meningkat. Siswa SMP juga mengalami perkembangan Afektif yang mencakup proses belajar prilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sehingga proses belajar yang cocok adalah dengan menggunakan :

1.    Resitasi;
   Dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri sehingga pengetahuan akan pelajaran yang diterima dapat diingat lebih lama dan siswa dapat memupuk perkembangan dan keberanian dalam mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri dan mengembangkan kemampuan bahasa siswa.

2.      Eksperimental
Dimana siswa diberikan kesempatan untuk dilatih melakukkan suatu proses atau percobaan yang akan membuat siswa dapat mengembangkan kemampuan menganalisisnya.

3.      Diskusi Kelompok
Dimana siswa akan membentuk kelompok diskusi yang sudah diberikan materi pembahasannya, kemudian siswa akan berdiskusi bersama dengan cara mengeluarkan pendapat masing-masing dan berusaha menyatukannya untuk memecahkan masalah bersama sehingga dapat memperoleh keputusan yang lebih baik

4.      Demonstrasi
Dimana pengajar memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan suatu kegiatan secara langsung maupun melalui media yang relevan dengan pokok bahasan yang disajikan sehingga perhatian siswa dapat lebih terpusatkan dan lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari

5.      LatihanKeterampilan
Dimana siswa diajak ketempat keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, penggunaannya, manfaatnya, dan lain lain, sehingga kecakapan motoris dan mental siswa akan terasah.

6.      Tanya Jawab
Dimana pengajar akan menjelaskan suatu materi kemudian memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya berdasarkan apa yang ada dipikirannya. Pengajar juga akan memberikan pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan pada berbagai sudut pandang, agar siswa terpacu mengemukakan pendapat dari sudut pandang masing-masing.

Pada masa ini seorang anak juga mulai mengalami kematangan reproduksi, mulai menaruh perhatian pada masa depan, mulai mencari identitas diri yang pada umumnya meniru idola, emosi mulai meluap-luap, sehingga cara belajar  yang tepat pada masa ini belajar sambil menciptakan suatu karya sesuai dengan keinginan remaja, dimana hal ini akan sangat berguna bagi siswa untuk mencari tahu jati dirinya lewat karya yang dibuatnya, misalnya mengoleksi foto-foto tokoh besar yang disukai, ini perlu untuk menyibukkan diri para remaja agar tidak terlalu terlena pada masalah pencarian identitas yang kebanyakan berdampak buruk pada perilakunya, melalui tahapan seperti ini seorang remaja semakin aktif untuk memanfaatkan masa mudanya dengan baik, dan menjaga dirinya dengan baik.

D.     Sekolah Menengah Atas ( SMA )
Berusia dari 15-17 tahun
pada tahap ini anak sedang mencari ‘jatI diri’. Dan apa yang menjadi kesenanangannya itulah yang akan dikerjakannya.
Metode belajar yang cocok untuk anak SMA itu adalah belajar kelompok. Hal ini diperlukan agar anak dapat menemukan potensi dirinya dan. Selain belajar kelompok, metode belajar lainnya adalah dengan memberikan pekerjaan rumah kepada anak, hal ini berguna bagi anak untuk mengulang kembali materi pembelajarannya.

Kemampuan kognitif terus berkembang selama masa SMA. Perubahan kognitif pada masa SMA mengarah pada peningkatan potensi tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau masa pubertas.

Minggu, 05 Maret 2017

CONTOH BELAJAR ASOSIASI


Ø   Classical Conditioning

1.     Orang tua Ana selalu membiasakan Ana untuk mengisi air di teko. Jadi, setiap air di wadah tersebut habis, maka orangtua Ana akan menyuruh Ana untuk mengisi airnya kembali. Suatu hari, air di teko habis. Saat itu rangtua Ana sedang tidak berada di rumah, Ana langsung mengisi air tersebut tanpa adanya suruhan.

2.  Suatu hari,Ani sedang makan ditemani oleh kucing kesayangannya. Tiba-tiba, kucing tersebut berubah menjadi ganas dan mencuri makanan Ani dari piring. Sejak saat itu, Ani selalu mengusir kucing ketika dia sedang makan.

3.      Mahasiswa sering kali kesal terhadap kuliah ganti karena menyita waktu istirahatnya.

4.     Sejak kecil, saya suka dengan miesop. Setiap malam, pedagang miesop keliling lewat dari depan rumah saya. Pedagang tersebut membunyikan selentingan sendok sebagai penanda kehadirannya. Suara tersebut dapat terdengar dari jarak yang jauh. Awalnya, saya membeli mie sop tersebut ketika pedagang berada dekat dengan saya. Namun, karena sekarang saya mulai terbiasa dengan bunyi tersebut, saya jadi cepat keluar rumah meskipun pedagang itu masih jauh dari rumah saya.

5.      Tugas yang menumpuk sering membuat mahasiswa gelisah karena takut tugas tidak selesai

Ø   Operan Conditioning

1.    Seorang  guru ingin agar murid-murid nya rajin membaca, maka ia memberikan hadiah 1 buah coklat untuk setiap buku yang telah dibaca oleh muridnya. Kondisi ini mengakibatkan murid-murid guru trsebut semakin eajin membaca dan terpicu.

2.    Ketika Saras selesai makan, ia segera mencuci piring. Dan mendapatkan pujian anak rajin dari kedua orangtuanya sehingga Saras tidak pernah lupa mencuci piring setelah selesai makan.

3.    Adi selalu diomelin ibunya ketika tidak merapikan bukunya setelah pulang sekolah. Sejak saat itu, Adi mulai rajin merapikan bukunya agar tidak diomeli ibu.

4.      Ketika kita sedang mengerjakan tugas kelompok, salah satu teman kita tidak bekerja, maka, kita mencoret namanya dari kelompok  sehingga dia akan menyadari kesalahannya

5.      Saya sering sekali merobek lembar demi lembar buku yang saya punya jika saya mendapati ada kesalahan disana. Suatu ketika  ibu saya mengetahui, bahwa saya sering merobek lembaran buku, hingga yang tersisa hanya beberapa lembaran saja. Pada akhirnya, ibu saya mengomeli saya, dan tidak mau membelikan saya buku, ibu menyuruh saya untuk mengumpulkan semua kertas yang sudah saya buang, dan saya harus menyatukannya kembali dalam satu buku. Karena saya sama sekali tidak dapat menemukan lembaran yang saya buang, dan sebagian saya dapati tidak layak pakai. Akhirnya saya mengambil buku-buku bekas milik kakak saya, dan mengambil beberapa lembar kosong yang terdapat disana, kemudian saya menyatukannya. Awalnya saya sangat kesal, karena kata-kata dalam tulisan yang salah harus saja di hapus dengan sabar. Beberapa hari kemudian, ibu saya melihat catatan saya, dan memujinya, kemudian memberikan saya sebuah buku yang dilengkapi gambar menarik. Sejak saat itu saya berjanji pada diri saya, untuk tidak merobek buku lagi.


Ø   Kognitif

1.      Ketika saya berumur 5 tahun, ayah saya membelikan saya sebuah sepeda, sebelumnya, saya telah melihat kakak saya bermain sepeda, kemudian, saya mulai mencoba menaiki sepeda, mencoba mengayuh agar sepeda dapat berjalan , lalu mengatur kayuhan kaki agar dapat mengatur kecepatan sepedasaya

2.     Disaat anak mengikuti perilaku yang dilakukan orangtuanya. Seperti misalnya disaat orang tuanya kaget dan selalu mengeluarkan kata “allahuakbar” sambil ngelus dada. Dan si anakpun mengikuti perilaku orangtuanya karena dia selalu melihat orangtuanya kaget seperti itu.

3.   Winika mendapatkan sebuah gitar dari ayaHnya. 1 minggu setelah gitar itu ada, winika masih kesulitan memainkannya. Sampai akhirnya winika belajar dengan seorang guru musik. 2 bulan berlalu sejak saat itu, kini Winika handal dalam bermain gitar.

4.      Ketika ada siswa yang takut melewati jalan yang gelap ketika pulang sekolah , tetapi karena ia ingin cepat sampai dan buru buru untuk mengerjakan tugas dengan terpaksa anak tersebut tetap melewati jalan yang gelap itu walaupun dalam hatinya ia tetap takut.

5.      Dita mendapat nilai ujian kimia 60 sedangkan teman-temanya mendapatkan 80. Dita merasa gagal dalam ujian ini. Keesokan harinya, dita lebih giat dalam belajar, ia mulai rajin mencatat dan mengulang kembali soal-soal yang diberikan gurunya. Pada ujian selanjutnya, dita berhasil mendapatkan nilai 80